Sequel // Smashed Day


tumblr_nj1wuzBJ9u1u5qshko1_540

Image as cover goes to tumblr. imdjar presents; Smashed Day a story after First Morning // Rating: Teen // Length: One-shot // Genre: Drama, Marriage Life, and Romance // Casts: B2ST‘s Yang Yo Seob and OC‘s Park Rae Ri // Summary: Oh dan jika siang hari itu hari pertama suami istri itu tidak baik. Bagaimana dengan malam mereka?

Yoseob menguap pelan. Kedua jari telunjuk dan ibu jarinya menggosok kelopak matanya yang masih berat. Kantuk dan lelah masih menderanya, tapi perutnya berbunyi ribut lapar membuat terbangun. Lantas pria itu menatap sang istri yang masih tertidur pulas di sampingnya. Raeri memejamkan matanya erat. Kelopak matanya tertutup dan tarikan napas yang teratur membuat Yoseob tersenyum. Jemari Yoseob bergerak di permukaan wajah Raeri.

“Raeri,” panggilnya pelan. Jemari Yoseob yang awalnya menyentuh permukaan wajah Raeri kini menusuk pelan pipinya.

Raeri menggeliat pelan. Tak nyaman dengan sentuhan yang mendorong pipinya ke dalam. Wanita itu lantas menggeliat pelan dan membalik tubuhnya. Ia masih ingin melanjutkan tidur siangnya.

Yoseob mendengus pelan. Perutnya kembali berbunyi kian menjadi. Pria itu lantas merendahkan tubuhnya. Merapatkan wajahnya mendekat ke telinga Raeri. Yoseob tersenyum menatap wajah sang istri dari samping. Jari telunjuknya digunakan untuk memainkan anak rambut sang istri. Napasnya berhembus menggelitik leher wanita itu.

Chagiya,” panggilnya pelan. Raeri hanya bergumam samar menanggapinya.

“Raeri chagiya,” panggil Yoseob lagi. Kali ini jari pria itu masih sibuk memainkan rambut Raeri.

“Yang Raeri,” panggil Yoseob tak sabar. Jemarinya sedikit menarik pelan rambut Raeri.

Raeri membuka kelopak matanya lantas membalik tubuhnya. Manik matanya mendelik jari telunjuk Yoseob yang sibuk bergerak di antara helaian rambutnya. Tangan kanannya lantas digunakan untuk menepis jari Yoseob.

Hush! Enyahlah kau Yang Yo! Kau pikir menarik rambut seperti ini menyenangkan, huh?” balas Raeri kesal. Tangannya kini sibuk menarik rambut hitam pendek Yoseob.

Yoseob meringis pelan. Tangannya segera menjauhkan tangan Raeri sejauhnya mungkin dari kepalanya. Pria itu mengusap kepalanya saat tangan sang istri berhasil jauh darinya. Yoseob lantas mendengus dan mengerucutkan bibirnya.

Raeri hanya bisa melipat tangan di depan dadanya lantas balas mendengus. Bibirnya dicebikkan kesal menatap sang suami yang mulai bergumam samar itu—merutuki Raeri. Manik mata Raeri lantas melirik beker di nakas kamar mereka. 04.36 PM.

Raeri kembali mendengus kasar. Ini masih siang. Lagipula rasa lelahnya hingga kini tak hilang dan matanya juga masih terasa berat. Tapi oh, kenapa suaminya itu menganggu istirahatnya? Wanita itu lantas mendecakkan lidahnya kesal.

“Kenapa kau mengangguku, Yang Yo? Aku masih lelah dan mengantuk, kau tahu?” ucap wanita itu seraya mencebikan bibir kesal.

Yoseob menatap Raeri. Manik matanya berkedip beberapa sebelum ia menarik sudut bibirnya tinggi. “Aku lapar, chagiya. Bisa kau buatkan aku masakanmu yang sedap itu?” balas Yoseob tanpa menghilangkan sudut bibirnya yang melengkung.

Raeri mendengus mendengar ucapan suaminya itu. Tubuhnya lantas ditarik untuk duduk dan menghadap penuh ke arah Yoseob. Manik matanya dipincingkan menatap sang suami. Lantas kembali mendengus kesal.

“Kau lapar?” Yoseob tersenyum mendengar pertanyaan Raeri. Pria itu lantas menganggukan kepala sebagai jawaban.

“Kau ingin aku memasak untukmu?” Yoseob kembali menganggukan kepalanya. Senyumnya masih mengembang di wajahnya.

Raeri tersenyum pelan. Sudut bibirnya ditarik naik dengan kepala yang sedikit miring. Yoseob balas memiringkan kepalanya menatap Raeri. Kepalanya kini dipenuhi berbagai fantasi jika Raeri memasak kudapan ringan untuknya.

“Jawabannya tidak!”

Huh?” Yoseob mengerjapkan matanya menatap Raeri. Kini wanita itu tengah melipat kedua tangan di depan dada dan mendengus padanya. “Aku masih mengantuk, Yang Yoseob. Aku masih ingin tidur sekarang. Lalu kau juga bisa memasakan bukan? Buatlah kudapanmu sendiri dengan tanganmu itu.”

Yoseob mendengus menatap Raeri. Wanita itu kini menarik selimut tipis yang menutup tubuhnya dan bersiap melanjutkan tidurnya. Pria itu lantas melirik sang istri yang dengan teganya menyuruh membuat kudapan sendiri.

Buatlah kudapanmu sendiri dengan tanganmu itu.

Yoseob mengerjap beberapa kali. Setelahnya sudut bibirnya ditarik naik. Membuat kudapan sendiri mungkin tak buruk, pikirnya lantas menatap Raeri yang mulai memejamkan matanya. Yoseob tersenyum, ah menyeringai lebih tepatnya, saat melihat sang istri.

Raeri membuka kelopak matanya cepat saat ada sesuatu yang menahan kedua tangannya kuat. Manik matanya membulat menatap wajah Yoseob berada tepat di depan wajahnya. Apa lagi saat napas hangat suaminya itu menyapu wajahnya.

Yoseob hanya tersenyum menatap wajah sang istri. Hidungnya kini digosokan dengan hidung bangir Raeri. Bibirnya lantas mengecup sekilas permukaan bibir sang istri dan kedua tangannya kian kuat menahan pergerakan sang istri.

“Baiklah, aku akan membuat kudapanku sendiri sekarang.”

Raeri mendelik Yoseob. Tangannya mulai meronta saat menyadari apa yang akan terjadi. Alarm bahaya sudah memenuhi kepala wanita itu sekarang. Pasti akan berakhir dengan hal yang berkaitan dengan suara desahan dan yang paling buruk adalah itu!

“Ya! Aish, menyingkirlah Yang Yoseob! Dan ya! Apa yang kau lakukan, huh?”

“Sstt! Diamlah Raeri baby. Aku sedang membuat kudapan.”

“Yang Yo—ah! Ya! Aish! Argh! Yang Yoseob!”

“Sstt! Berhentilah bergerak Raeri-ya. Aku ingin melahap kudapanku.”

Aish, Yang Yoseob!”

Yoseob tersenyum dan menyangga wajahnya di puncak kursi. Manik matanya tak bisa lepas menatap Raeri yang sibuk berkutat di dapur. Mengolah berbagai bahan mentah menjadi masakan dengan aroma yang menggoda bagi Yoseob.

Raeri hanya dapat mendengus kesal sekarang. Tangannya sibuk memotong beberapa daun bawang seraya bergumam samar. Yang Yoseob menyebalkan! Yang Yoseob sangat menjengkelkan! Dan Yang Yoseob mesum! Raeri mendengus kesal lagi. Suara pisau dengan wadah untuk memotong terdengar beradu dengan gumaman samar wanita itu. Raeri tak habis pikir dengan kejadian setengah jam yang lalu.

Yoseob nyaris melakukan itu dengannya tadi. Wanita itu merasa pipinya memanas mengingat mereka nyaris melakukan itu lagi. Mengingat kejadian semalam saja, Raeri sudah merasa nyawanya nyaris melayang. Raeri merutuk pelan. Kenapa ia mulai berpikiran mesum seperti Yang Yoseob sekarang?

“Apa makannya sudah siap, chagi?”

Raeri menghentikan gerakannya. Wanita itu hanya diam dan melirik Yoseob dengan ekor matanya. Seketika pipinya kembali memanas. Sial, Raeri mengingat kejadian itu lagi! “Belum!” sahutnya cepat lantas kembali sibuk memotong sayuran lagi.

Yoseob terkekeh pelan. Pria itu lantas mengusap dagunya menatap Raeri. Istrinya pasti malu dengan kejadian tadi. Yoseob hanya dapat terkekeh mengingatnya. Pria itu lantas meregangkan tubuhnya sejenak. Manik matanya tak dapat lepas dari Raeri. Istrinya sibuk memasak sup hangat untuk mereka. Yoseob memejamkan matanya. Aroma kaldu ayam dan beberapa sayur yang mulai masak semakin menggodanya.

“Sudah matang, heung?” tanya Yoseob tanpa membuka kelopak matanya.

Raeri menoleh menatap Yoseob. Ia mendengus pelan menatap suaminya yang masih memejamkan mata seraya tersenyum itu. “Belum!” sahutnya kesal.

Raeri lantas menoleh menatap hasil potongan daun bawangnya. Wanita itu mengangkat wadah berisi potongan daun bawang dan memasukannya ke dalam sup. Jari telunjuk dan ibu jarinya lantas mengait sendok sup dan mulai mengaduknya.

“Sekarang sudah matang belum?”

Ia pikir memasak itu cepat, huh? Raeri mulai merutuki suaminya. Bibirnya dicebikkan beberapa kali seraya mendengus kesal. “Kau pikir memasak seperti membalik telapak tangan?” sahutnya ketus.

Yoseob hanya tersenyum tipis mendengar balasan ketus istrinya itu. Wajahnya kian ditundukan. Mengamati tubuh istrinya dari belakang. Raeri terlihat sangat seksi dengan apron berenda putih yang sangat pas untuknya itu.

“Kupikir kau seharusnya membuatku merasakan kudapan enak itu lagi.”

Yoseob tersenyum kian lebar. Kepalanya disandarkan pada punggung tangan dalam keadaan sedikit miring. Ya, seharunya ia mendapat kudapan tadi.

Raeri menghentikan aktifitasnya. Kepalanya menoleh dan mendelik sang suami yang tersenyum sangat lebar. Kau benar-benar mesum Yang Yoseob! “Ya! Ya! Ya! Berhenti meracau tentang kudapan atau aku akan melempar panci ini padamu!”

Yoseob hanya menyeringai. Segera berdiri dan melangkah merapat ke Raeri lantas mengendus daerah perpotongan leher dan bahu istrinya yang terbuka karena kaos longgar yang dikenakannya. Raeri bergidik merasakan napas hangat pria itu menyentuh kulitnya.

Yoseob segera melingkarkan tangannya di pinggang wanita itu. Kepalanya menyandar di bahu sang istri lantas mengendusnya beberapa kali. Membuat napas Raeri tercekat berulang kali karena tindakannya.

“Oh ya? Apa kau yakin bisa melakukan itu?” ucapnya menggoda. Kini bibir Yoseob sudah beberapa kali mengecup bibir Raeri.

Raeri bergidik. Tak dapat fokus dengan masakannya karena ulah suaminya. Gadis itu menggeram pelan saat tangan Yoseob mulai melakukan hal yang sangat tidak menyenangkan.

“Berhenti Yang Yoseob!” Raeri menggeram pelan. Meletakkan sendok sayur yang awalnya digunakan untuk mengaduk sup di sisi panci.

Yoseob hanya terkekeh mendengarnya. Alih-alih menghentikan kegiatannya yang semakin menjerumus ke hal itu, pria itu kini mulai melumat bibir istrinya. Raeri menghembuskan napas memburu setiap Yoseob melumat bibirnya. Suaranya yang tertahan karena lumatan bibir Yoseob mengaktifkan tanda bahaya di kepalanya, walau tubuhnya menerima apa yang dilakukan suaminya itu.

Raeri mengarahkan tangannya meraba permukaan meja di belakangnya. Mencari sesuatu yang bisa digunakannya untuk menyerang Yoseob. Wanita itu melirik sendok sayur yang berada dalam jangkauan gengaman tangannya lantas menatap lekat Yoseob yang mulai mengecup lehernya. Dan tarikan untuk mengambil sendok sayur dan disusul satu ayunan keras dalam jangka waktu yang sangat cepat.

Aw! Apa yang ka—aw!”

“Rasakan ini mesum!”

“Hei sa—auw—yang! Berhen—aw—ti! Itu sangat—aw—sakit kau—aw—tahu?”

Tak ada yang menarik saat makan siang menuju makan malam tadi. Hanya ada ratapan Yoseob dengan tubuh lebam karena ayunan sendok sayur Raeri yang membabi buta. Pria itu hanya dapat menatap Raeri takut. Istrinya benar-benar mengerikan saat menyerangnya tadi. Dan wanita itu benar-benar menjaga jarak dari Yoseob hingga kini.

Yoseob bergulung di atas ranjang. Manik matanya berulang kali melirik Raeri yang tengah membaca buku. Pria itu mendengus pelan dan kembali bergulung menuju sisi lain ranjang. Mencoba mencari ide apa yang harus dilakukan saat ini.

Bukan berarti jika Yoseob ingin melakukan hal itu, akan memaparkan fakta jika pria itu mesum. Tidak. Yoseob ingin melakukan hal itu karena ingin segera memiliki anak. Paling tidak rumah mereka akan ramai dan menyenangkan dengan anak laki-laki atau anak perempuan yang merengek ini itu. Dan Yoseob benar-benar ingin menjadi ayah secepat mungkin.

Yoseob melirik Raeri. Menghembuskan napas berat dan mengacak rambut frustasi. Kembali memutar tubuhnya bergulung ke sisi lain ranjang. Melengguh frustasi dan mengerangkan dengan tangan menarik beberapa rambutnya.

Raeri hanya melirik Yoseob sekilas sebelum kembali larut membaca bukunya. Bodoh sekali aku memikirkan pria mesum itu. Wanita itu memutar manik matanya malas. Kembali terlarut dalam buku yang dibacanya. Mengabaikan Yoseob yang menatap mengiba seperti anak anjing yang meminta dipungut.

Yoseob menghela napas panjang. Mengacak rambutnya frustasi dengan tingkah Raeri yang mendiamkannya sedari tadi. “Raeri-ya,” Yoseob merenggek. Menegakkan tubuhnya lantas mencebikkan bibirnya seperti anak kecil, “Jangan kau diamkan aku seperti ini. Ini sangat tidak menyenangkan kau tahu?”

Raeri menurunkan buku yang menutup wajahnya. Menatap Yoseob dengan dahu berkerut sebelum mengendikan bahunya. Bersikap tak perdulia dengan rengekan suaminya dan kembali terlarut dalam tiap paragraf bukunya.

“Aku tak perduli,” sahutnya ringan. Mengabaikan suara Yoseob yang kembali merajuk. Kali ini suara rengekan Yoseob lebih parah daripada yang tadi.

“Raeri sayang ayolah. Aku kan tidak terlalu mesum.”

Raeri menurutnkan bukunya cepat saat mendengar itu. Mulutnya sedikit mengaga mendengar kalimat tak terlalu mesum. Hah! Raeri segera mendelik dan mendengus. Lantas pikirannya tertawa miring dengan ucapan suaminya itu. Tak terlalu mesum apanya? Mereka bahkan nyaris melakukan itu tadi karena Yoseob yang jelas-jelas mesum. Raeri segera menutup rapat mulutnya dan menarap Yoseob penuh intimidasi.

“Tak mesum katamu? Oh astaga!” Raeri memutar matanya malas. Lantas tatapan matanya semain menatap Yoseob penuh intimidasi. “Beberapa jam yang lalu kau hanyameracau mengenai itu, itu, dan itu! Jadi, apanya tidak terlalu mesum, huh?

Yoseob merengut mendengarnya. Ia tak terlalu mesum—setidaknya itu menurutnya. Ia hanya ingin melakukan itu agar segera memiliki anak dengan Raeri. Bibir pria itu semakin mencebik saat istrinya kembali mengatainya mesum.

“Yang Raeri!” Yoseob memekik. Melipat tangannya kesal dan mendengus. Raeri hanya menatapnya datar dan mendengus padanya. Oh, kenapa istrinya itu senang sekali mengatakan dirinya mesum, huh? “Aku tak mesum, Nyonya Yang. Tolong kau ingat itu,” tukasnya kemudian.

Raeri memutar matanya malas, “Tak mesum katamu? Lantas apa maksudmu mengenai kudapan itu? Kau ingin kupukul dengan sendok sayur lagi?”

“Jangan marah dulu Nyonya Yang, pukulanmu itu sangat ganas kau ta—auw! Baiklah aku akan menjelaskannya!” Yoseob mendorong tubuhnya mundur dari Raeri dan meringis. Tangannya berulang kali mengusap pinggangnya yang menjadi korban cubitan tangan Raeri.

“Aku hanya ingin segera memiliki anak Yang Raeri. Anak laki-laki atau anak perempuan yang dengan manisnya merengek ini dan itu kepada kita? Oh! Aku benar-benar ingin menjadi seorang ayah secepat mungkin. Bukankah jika hal itu terjadi, kita akan memilki keluarga kecil yang sangat bahagia,” Yoseob memejamkan matanya. Mengantisipasi bila mungkin tangan Raeri menyerangnya secara tiba-tiba.

Yoseob hanya dapat membuka matanya perlahan dan menatap Raeri ragu. Wanita itu tengah diam dan tersenyum padanya. Manik mata pria itu mengerjap kaget beberapa kali saat Raeri tiba-tiba memeluknya.

“Oh astaga, Yang Yo! Kau ternyata oh! Aku tak dapat menjelaskannya,” Yoseob dapat merasa tubuh Raer bergetar mengucapnnya. Apa ia terharu? Kepala Yoseob dipenuh berbagai dugaan. “Aku kira kau hanya pria mesum, tapi oh! Kau romantis Yang Yo! Tentu saja aku ingin menjadi seorang ibu dan istri yang baik untukmu.”

Yoseob tersenyum bangga mendengarnya. Tangannya lantas balas memeluk tubuh Raeri erat. Kepalanya menyandar pada perpotongan leher Raeri. Pria itu lanats kian melebarkan senyumnya saat mengerti satu hal yang jelas diucapan Raeri.

“Jika begitu? Kau siap kita melakukan hal itu bukan, sayang?”

“M—mwo? Apa katamu Yang Yoseob? Aku memang setuju dengan ah! Berhen—ah—ti!”

“Kalau kau setuju kita harus memiliki anak secepat mungkin. Aku ingin dua anak laki-laki dan dua dua anak perempuan.”

Fin

A/N: Weird, cheesy, and pervert as always as usual then as my style /lol/ /laugh/ Well, udah menjamur cukup lama sebenarnya ff ini. Harusnya dipublikasi sekiktar 2 bulan yang lalu tapi berhubung ada banyak acara jadi baru sempet sekarang /biggrin/ Dan maaf ya Dari-ya buat waktu yang amat sangat supperrrrrrrr molor dan gak ada sequel lagi habis ini atau ff request lagi setelah ini.

F♥EDBACK PLEASE